27.5.13

Salah seorang petani rumput laut Dg. Mile di dusun Je'ne
desa Lagaruda Kec. Sanrobone Kab.Takalar
saat mengeringkan rumput laut hasil panennya
.
Foto: Aca

Takalar, (Corong Rakyat). Kabupaten Takalar memiliki potensi sumber daya alam perikanan laut, pertanian, perkebunan dan peternakan serta pariwisata. Salah satu potensi sumber daya laut  yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat kabupaten Takalar adalah budidaya rumput laut.

Rumput laut merupakan salah satu komoditi sumber daya laut yang bernilai ekonomis dan potensial dikembangkan baik di pasar dalam  negeri atau pun pasar  luar  negeri. Diantara ratusan jenis rumput yang banyak tersebar di perairan Takalar ada berbagai jenis rumput laut yang memiliki nilai ekonomis tinggi antara lain Marga Gracilaria, Gelidium dan Gelidiella sebagai penghasil agar, dan Marga Hypnea serta Eucheuma sebagai penghasil Carrageenan.Salah satu jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan  oleh petani rumput laut di Takalar adalah jenis Cottonii dan Gracillaria.
Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Takalar memprioritaskan pengembangan rumput laut yang ditetapkan menjadi salah satu komoditas andalan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel).Bahkan, kabupaten Takalar sebagai penghasil rumput laut nomor tiga di Indonesia, ujar Sekda Takalar Ir Nirwan Nasrullah saat menerima peserta Lomba Karya Jurnalistik dalam rangka Hari Pers Nasional 2013 dan HUT PWI ke-67 yang diselenggarakan di kabupaten Takalar, 6-7 Juni 2013.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Takalar, Drs. Achmad Rivai, M.Si dalam pemaparan, Rabu (22/5) di Takalar  mengatakan, hasil kekayaan laut perairan Takalar yang sudah dikenal luas itu mendapat prioritas Pemprov Sulsel karena besarnya permintaan ekspor, salah satunya ke negara Asia seperti Korea Selatan.
Takalar dinilai sangat menjanjikan untuk masa depan petani rumput laut. Ini lah yang menjadi prioritas Pemprov untuk dikembangkan. Terlebih, komoditas rumput laut di Takalar sudah mendapat kepercayaan dari pengusaha luar. Salah satunya Korea," katanya.

Budidaya rumput laut di Takalar memiliki keunggulan, salah satunya adalah  sepanjang musim dapat diproduksi (panen) dan masa panen rata-rata 40 hari, yang didukung  bentangan pesisir pantai sepanjang tujuh kilometer di wilayah kecamatan Mangarabombang, Mappakasunggu dan Sanrobone.

Pendapatan asli daerah (PAD) terbesar di Takalar salah satunya bersumber dari pengelolaan komoditas rumput laut yang dilakukan masyarakat pesisir.
Langkah awal dukungan DKP Takalar terhadap peningkatan produksi rumput laut, yakni dengan membentuk program pendataan desa dan lurah yang ada di wilayah pesisir pantai.

"Lewat program ini akan dilakukan perbaikan sistem dan penataan daerah pesisir. Mulai dari manajemen pengelolaan komoditas, hingga pembagian hasil ke Pemkab," ujar Achmad Rivai.

Melalui program tersebut, para petani rumput laut akan diberikan petunjuk tentang tata cara penanaman yang baik dengan hasil berkualitas.

Hasil  rumput laut  hanya 10 persen yang dapat diserap dari  pengusaha, salah satunya adalah PT Giwang. Umumnya, petani menjual hasil panennya ke pedagang pengumpul dan dari PT KIMA Makassar dengan harga jual antara kisaran Rp. 6000 – Rp.8000 perkg kering dan basah hanya dinilai Rp.2000 perkilogram basah, kata salah seorang petani  rumput laut  Arsyad Duni (39) di Dusun Je'ne, Desa La Garuda,Kecamatan Sanrobone,Kabupaten Takalar.

Berdasarkan data bulan Januari – Desember 2012,  produksi rumput laut yang paling banyak dihasilkan kabupaten Takalar, yakni jenis Cottonii  berkisar 427.834 ton (basah)  dan  Gracillaria  berkisar 46.512 ton (basah).
Produksi rumput laut terutama berasal dari Sulawesi Selatan. Saat ini sebagian besar rumput laut diekspor dalam kondisi kering dan baru sekitar 20% yang dapat diserap dan diolah oleh industri dalam negeri. Ekspor rumput laut pada 2011 mencapai US$ 200 juta dan ditargetkan meningkat menjadi US$ 230 juta tahun ini.
Pasar produk rumput laut olahan dalam negeri relatif jenuh dan hal ini pun dialami petani rumput laut di Takalar sehingga kurang menarik investor untuk membuat pabrik pengolahan rumput laut. Dicontohkan , pabrik pengolahan rumput laut jenis  cottonii di Takalar hanya  satu, dan hanay mampu menyerap hasil produksi petani sekitar 10 persen. Apalagi saat ini persyaratan ekspor makin ketat, untuk kebutuhan  ekspor  harus memenuhi persyaratan sertifikat kesehatan. 
Tahun ini produksi rumput laut nasional ditargetkan 5,1 juta ton, naik dari 2011 sebanyak 4,3 juta ton. Kemudian pada 2013 ditargetkan mencapai 7,5 juta dan pada 2014 sebesar 10 juta ton.
Kebutuhan  produksi rumput laut nasional  memberi peluang petani rumput laut di Takalar untuk memenuhi kuota tersebut.
Ketika petani rumput laut akan menanam bibit
Foto: Aca
Secara umum, kendala yang dihadapi oleh petani rumput di Takalar adalah kualitas produksi, sarana produksi seperti tali untuk bentangan bibit rumput laut dan perahu serta modal pengembangan produksi.
Pemerintah Daerah Kabupaten Takalar secara berkesinambungan dan berupaya  mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir, juga diharapkan peran pengusaha baik dalam pengembangan usaha dan produksi maupun pola pendampingan untuk meningkatkan kuliatas produksi.

Upaya lain yang dapat dilakukan untuk pengembangan potensi unggulan dalam meningkatkan kesejahteran masyarakat dengan melakukan kemitraan dan kerja sama dengan  perguruan tinggi seperti UNHAS khususnya peningkatan kualitas produksi dan pengembangan produksi  rumput laut jenis  gracillaria untuk  kebutuhan industri karena membutuhkan pengetahuan dan keterampilan khusus dan penggunaan teknologi, meskipun Kementerian Perikanan Kelautan dan Pesisir Pantai dan Pulau-pulau Kecil telah menetapkan Kabupaten Takalar  masuk dalam program industrialisasi rumput laut.(*)

0 komentar :

Posting Komentar