Salah seorang petani rumput laut Dg. Mile di dusun Je'ne desa Lagaruda Kec. Sanrobone Kab.Takalar saat mengeringkan rumput laut hasil panennya. Foto: Aca |
Takalar, (Corong Rakyat). Kabupaten Takalar memiliki potensi sumber daya alam perikanan laut, pertanian, perkebunan dan peternakan serta pariwisata. Salah satu potensi sumber daya laut yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat kabupaten Takalar adalah budidaya rumput laut.
Rumput laut merupakan
salah satu komoditi sumber daya laut yang bernilai ekonomis dan potensial
dikembangkan baik di pasar dalam negeri
atau pun pasar luar negeri. Diantara ratusan jenis rumput yang
banyak tersebar di perairan Takalar ada berbagai jenis rumput laut yang
memiliki nilai ekonomis tinggi antara lain Marga Gracilaria, Gelidium dan
Gelidiella sebagai penghasil agar, dan Marga Hypnea serta Eucheuma sebagai
penghasil Carrageenan.Salah satu jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan oleh petani rumput laut di Takalar adalah
jenis Cottonii dan Gracillaria.
Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP)
Kabupaten Takalar memprioritaskan pengembangan rumput laut yang ditetapkan
menjadi salah satu komoditas andalan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan
(Sulsel).Bahkan, kabupaten Takalar sebagai penghasil rumput laut nomor tiga di
Indonesia, ujar Sekda Takalar Ir Nirwan Nasrullah saat menerima peserta Lomba Karya Jurnalistik
dalam rangka Hari Pers Nasional 2013 dan HUT PWI ke-67 yang
diselenggarakan di kabupaten Takalar, 6-7 Juni 2013.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Takalar, Drs. Achmad Rivai, M.Si dalam pemaparan, Rabu (22/5) di Takalar mengatakan, hasil kekayaan laut perairan
Takalar yang sudah dikenal luas itu mendapat prioritas Pemprov Sulsel karena
besarnya permintaan ekspor, salah satunya ke negara Asia seperti Korea Selatan.
Takalar dinilai sangat menjanjikan untuk masa depan petani rumput laut. Ini lah
yang menjadi prioritas Pemprov untuk dikembangkan. Terlebih, komoditas rumput
laut di Takalar sudah mendapat kepercayaan dari pengusaha luar. Salah satunya
Korea," katanya.
Budidaya rumput laut di Takalar memiliki
keunggulan, salah satunya adalah sepanjang
musim dapat diproduksi (panen) dan masa panen rata-rata 40 hari, yang
didukung bentangan pesisir pantai
sepanjang tujuh kilometer di wilayah kecamatan Mangarabombang, Mappakasunggu
dan Sanrobone.
Pendapatan asli daerah (PAD)
terbesar di Takalar salah satunya bersumber dari pengelolaan komoditas rumput
laut yang dilakukan masyarakat pesisir.
Langkah awal dukungan DKP Takalar terhadap peningkatan produksi rumput laut,
yakni dengan membentuk program pendataan desa dan lurah yang ada di wilayah
pesisir pantai.
"Lewat program ini akan dilakukan perbaikan sistem dan penataan daerah
pesisir. Mulai dari manajemen pengelolaan komoditas, hingga pembagian hasil ke
Pemkab," ujar Achmad Rivai.
Melalui program tersebut, para petani rumput laut akan diberikan petunjuk
tentang tata cara penanaman yang baik dengan hasil berkualitas.
Hasil rumput laut hanya 10 persen yang dapat diserap dari pengusaha, salah satunya adalah PT Giwang.
Umumnya, petani menjual hasil panennya ke pedagang pengumpul dan dari PT KIMA
Makassar dengan harga jual antara kisaran Rp. 6000 – Rp.8000 perkg kering dan
basah hanya dinilai Rp.2000 perkilogram basah, kata salah seorang petani rumput laut
Arsyad Duni (39) di Dusun Je'ne, Desa La Garuda,Kecamatan
Sanrobone,Kabupaten Takalar.
Berdasarkan data bulan
Januari – Desember 2012, produksi rumput
laut yang paling banyak dihasilkan kabupaten Takalar, yakni jenis Cottonii berkisar 427.834 ton (basah) dan Gracillaria berkisar 46.512 ton (basah).
Produksi rumput laut terutama berasal dari Sulawesi Selatan. Saat ini sebagian
besar rumput laut diekspor dalam kondisi kering dan baru sekitar 20% yang dapat
diserap dan diolah oleh industri dalam negeri. Ekspor rumput laut pada 2011
mencapai US$ 200 juta dan ditargetkan meningkat menjadi US$ 230 juta tahun ini.
Pasar produk rumput
laut olahan dalam negeri relatif jenuh dan hal ini pun dialami petani rumput
laut di Takalar sehingga kurang menarik investor untuk membuat pabrik pengolahan
rumput laut. Dicontohkan , pabrik pengolahan rumput laut jenis cottonii di Takalar hanya
satu, dan hanay mampu menyerap hasil
produksi petani sekitar 10 persen. Apalagi saat ini persyaratan ekspor makin
ketat, untuk kebutuhan ekspor harus memenuhi persyaratan sertifikat
kesehatan.
Tahun ini produksi
rumput laut nasional ditargetkan 5,1 juta ton, naik dari 2011 sebanyak 4,3 juta
ton. Kemudian pada 2013 ditargetkan mencapai 7,5 juta dan pada 2014 sebesar 10
juta ton.
Kebutuhan produksi rumput laut nasional memberi peluang petani rumput laut di Takalar
untuk memenuhi kuota tersebut.
Ketika petani rumput laut akan menanam bibit Foto: Aca |
Secara umum, kendala
yang dihadapi oleh petani rumput di Takalar adalah kualitas produksi, sarana
produksi seperti tali untuk bentangan bibit rumput laut dan perahu serta modal
pengembangan produksi.
Pemerintah Daerah Kabupaten Takalar secara
berkesinambungan dan berupaya mewujudkan
peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir, juga diharapkan peran pengusaha
baik dalam pengembangan usaha dan produksi maupun pola pendampingan untuk
meningkatkan kuliatas produksi.
Upaya lain yang dapat
dilakukan untuk pengembangan potensi unggulan dalam meningkatkan kesejahteran
masyarakat dengan melakukan kemitraan dan kerja sama dengan perguruan tinggi seperti UNHAS khususnya peningkatan kualitas produksi dan
pengembangan produksi rumput laut jenis gracillaria
untuk kebutuhan industri karena
membutuhkan pengetahuan dan keterampilan khusus dan penggunaan teknologi,
meskipun Kementerian Perikanan Kelautan dan Pesisir Pantai dan Pulau-pulau
Kecil telah menetapkan Kabupaten Takalar
masuk dalam program industrialisasi rumput laut.(*)
0 komentar :
Posting Komentar